HOTS merupakan singkatan dari “Higher Order Thinking Skills” atau terjemahan bebas dalam bahasa Indonesia disebut sebagai “Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi“. Konsep HOTS merujuk pada kemampuan berpikir yang lebih kompleks, abstrak, dan kritis yang melibatkan pemecahan masalah, analisis, sintesis, evaluasi, dan kreativitas.
Konsep ini telah berkembang seiring dengan penelitian dan pemikiran dalam bidang psikologi kognitif (ilmu pengetahuan) dan pendidikan. Pemikiran tentang keterampilan berpikir tingkat tinggi telah disusun oleh beberapa ahli, diantaranya Benjamin Bloom yang mengembangkan Taksonomi Bloom pada tahun 1956 melalui buku “Taksonomi Tujuan Pendidikan” (Taxonomy of Educational Objectives) yang membagi keterampilan berpikir menjadi tingkat rendah (lower order thinking) dan tingkat tinggi (higher order thinking).
Klasisfikasi yang dibuat oleh Bloom tersebut selanjutnya direvisi oleh David Reading Krathwohl dan Lorin W. Anderson pada tahun 2000. Taksonomi Bloom tersebut disempurnakan menjadi:
- LOTS (Low Order Thinking Skills) yaitu ; Mengingat (Remember), Memahami (Understanding) , dan Menerapkan (Apply),
- HOTS (Higher Order Thinking Skills) yaitu ; Analisis (Analyze) Evaluasi (Evaluate) Menciptakan (Creating),
Intinya LOTS berfikir fokus pada tahapan mengingat, mengetahui, memahami dan menerapkan. Tetapi HOTS cara berfikirnya dikembangkan pada tahapan analisa apa yang dilihat, menghubungkan dan membandingkan pengetahuan yang didapat dan dievaluasi dengan kognitif, pengalaman dan referensi sebelumnya. Kemudian fikiran diarahkan untuk menciptakan sesuatu sebagai karya dan inovasi dalam rangka pengembangan keterampilan hidup (lifeskill).
Dalam konteks HOTS, kita dituntut berfikir mendalam, dengan menghubungkan sebab akibat dari apa yang kita lihat, mengalisanya berdasarkan logika dan pengalaman serta referensi yang pernah singgah dalam alam fikiran kita sebagai kognitif. Maka setiap yang dilihat, dibaca, dihafal dan dilaksanakan bukan sekedar pengetahuan tanpa makna, tetapi dijadikan bahan renungan, analisa, pediksi serta nilai-nilai untuk bersikap dan bertindak.
Budaya Hots Orang Minang
Falsafah Alam Takambang Jadi Guru adalah sebuah pepatah atau ungkapan dalam budaya Minangkabau yang berarti “Alam menjadi guru” Atau cara berfikir yang dikembangkan dalam budaya Minangkabau pada kehidupan sosial masyarakat secara turun temurun.
Falsafah ini sudah dianut sejak berabad abad lalu jauh sebelum teori Taksonomi Bloom ditemukan dan dikembangkan di abad 21 ini. Budaya Minangkabau menekankan pentingnya belajar dan mengambil hikmah dari alam sebagai sumber pembelajaran yang tak terbatas. Falsafah ini mencerminkan keyakinan bahwa alam merupakan guru yang mengajarkan berbagai pelajaran berharga tentang kehidupan, kebijaksanaan, dan nilai-nilai yang harus dipahami dan dihayati.
Ketika dikaitkan dengan HOTS (Higher Order Thinking Skills), kearifan lokal Minangkabau yang berfalsafah Alam Takambang Jadi Guru tersebut mendukung pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Alam menawarkan banyak peluang untuk melibatkan proses berpikir yang kompleks dan mendorong pemikiran kritis serta analitis.
Di kehidupan masyarakat Minangkabau, hal tersebut sudah diperkenalkan dan diajarkan sejak dini pada anak, keponakan dan keluarga melalui observasi alam, mengembangkan kemampuan mengidentifikasi pola-pola, membuat prediksi berdasarkan bukti-bukti yang ada, menganalisis hubungan sebab-akibat, dan mengambil keputusan berdasarkan pemikiran rasional. Masyarakat adat Minangkabau juga dapat melatih kemampuan sintesis dengan mengintegrasikan informasi yang diperoleh dari alam menjadi gagasan-gagasan baru.
Alam memberikan kesempatan untuk mendorong kreativitas dan imajinasi. Contohnya, kita dapat merancang solusi inovatif untuk tantangan lingkungan yang dihadapi alam, atau menghasilkan karya seni dan sastra yang terinspirasi dari keindahan alam.
Dalam konteks HOTS, penggunaan falsafah Alam Takambang Jadi Guru dapat menjadi landasan untuk melibatkan kita dalam pemikiran kritis, analisis, sintesis, evaluasi, dan kreativitas, sehingga membantu kita mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi secara holistik.
Adat Minangkabau itu berfalsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK) ( Adat bersendikan Agama dan Agama bersendikan Kitab Allah/Alquran). Penerapan prinsip Alam Takambang jadi Guru, diyakini adalah pengembangan dari ajaran agama islam melalui ayat-ayat suci Al Quran yang mengajarkan menjadikan alam sebagai tanda-tanda bagi orang berfikir.
Quran menyajikan beberapa ayat yang mengajak manusia untuk merenungkan serta menjadikan alam sebagai objek berfikir HOTS sekaligus memperlihatkan tanda-tanda kebesaran Allah, diantaranya:
- Surah Al-Baqarah (2:164): ” Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa barang-barang yang berguna bagi manusia, serta apa yang diturunkan Allah dari langit berupa hujan, lalu Dia menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya dan Dia menyebar di bumi itu segala jenis hewan, dan pengaturan angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berakal.”
- Surah Al-Imran (3:190): “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”
- Surah Yunus (10:24): “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunia ini, hanyalah seperti air hujan yang Kami turunkan dari langit, kemudian dimakan oleh tumbuh-tumbuhan di muka bumi, lalu tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
- Surah Al-Jathiya (45:3-4): ” Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang beriman. Dan pada penciptaan dirimu dan pada hewan-hewan yang Allah sebarkan benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang meyakini.”
Ayat-ayat ini mengajak manusia untuk mengamati alam, memikirkan kejadian-kejadian di dalamnya, dan merenungkan kebesaran Allah yang terwujud dalam penciptaan-Nya. Dengan memperhatikan alam, manusia diharapkan dapat berfikir, mengambil pelajaran, dan mendapatkan keimanan yang lebih kuat dalam kebesaran dan kekuasaan Allah.
Diilhami cara berfikir berdasarkan syarak (agama / kehidupan yang religius) budaya Minangkabau mengembangkan berfikir indepth (berfikir mendalam dan komprehensif). Pengembangan pola berfikir yang dibudayakan oleh masyarakat Minangkabau tersebut, setidak-tidaknya terdokumentasi melalui pepatah petitih, ungkapan, seni dan tradisi lisan turun temurun.
Beberapa contoh pepatah dan falsafah Minangkabau yang berkaitan dengan alam dan cara berfikir: HOTS antara lain
Panakiak pisau sirauik (Penakik pisau siraut)
Ambiak gatah batang lintabuang (Ambil getah batang lintabung)
Salodang untuak niru (Selodang untuk niru)
Nan Satitiak jadikan lauik (Yang setitik jadikan laut)
Nan sakapa jadikan gunuang (Yang sekepal jadikan gunung)
Alam takambang jadikan guru (Alam terkembang jadikan guru).
Gurindam di atas memberikan inspirasai untuk berfikir mendalam, memanfaatkan dan menggali potensi alam baik sebagai wujud pisik maupun sumberdaya non fisik yang bernilai, serta menjadikan tanda-tanda alam sebagai guru dalam artian ilmu yang terhampar luas yang bisa dijadikan ilmu pengetahuan bila dikaji dan difikirkan melalui metode HOTS.
“Mangaruak sahabih gauang“, yang artinya sebelum mengambil tindakan, terlebih dahulu dipikirkan sematang mungkin,
“Gabak dihulu tando ka hujan, cewang di langik tando kapaneh”, yang artinya lebih kurang, mendung di langit tanda akan hujan, cerah nya langit tanda cuaca akan panas. Melalui peristiwa alam tersebut, manusia diminta berfikir melalui tanda-tanda, kecendrungan, trend, dan ekspektasi. Sehingga dengan mengamati suatu peristiwa manusia diransang untuk berfikir apa yang harus dilakukan bila hujan akan datang, dan apapula yang perlu disiapkan bila panas terik matahari datang.
Berfikir melalui i’tibar dan falsafah alam itulah yang dikembangkan sebagai kearifan lokal budaya Minangkabau masa lalu sampai sekarang. Presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno dalam salah satu kesempatan pidatonya pernah mengungkapkan “Berpikirlah seperti orang Minang, bekerjalah seperti orang Jawa, dan bicaralah seperti orang Batak“. Hal ini menggambarkan bahwa beliau mengagumi cara berfikir orang Minang yang nota bene berfalsafah Alam Takambang Jadi Guru.
Kesimpulan
“Higher Order Thinking Skills” (HOTS) atau “Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi adalah sistem berfikir yang memaksimalkan fungsi otak dengan menghubungkan semua informasi dan daya nalar yang dimiliki untuk menghasilkan kwalitas dari buah pikiran tersebut.
HOTS melibatkan kemampuan untuk berpikir secara mendalam dan analitis. Ini berarti mampu menggali lebih dalam ke dalam suatu masalah, menganalisis elemen-elemennya, dan mempertimbangkan implikasi atau dampaknya secara menyeluruh. Berpikir biasa cenderung lebih dangkal dan tidak melibatkan pemikiran yang mendalam.
HOTS mendorong kemampuan untuk menganalisis informasi dengan kritis dan objektif. Ini melibatkan kemampuan untuk memecah masalah menjadi komponen-komponen yang lebih kecil, mengidentifikasi hubungan sebab-akibat, mengenali pola-pola, dan mengambil kesimpulan berdasarkan pemikiran yang rasional. Berpikir biasa cenderung mengandalkan pendekatan berdasarkan pengalaman sehari-hari atau intuisi tanpa melibatkan analisis yang mendalam.
HOTS melibatkan kemampuan untuk mengintegrasikan informasi dari berbagai sumber atau perspektif, dan merangkai gagasan-gagasan baru dari hasil analisis. Ini melibatkan kemampuan untuk melihat hubungan antara ide-ide yang berbeda, mengidentifikasi pola-pola yang muncul, dan menghasilkan pemahaman baru atau solusi kreatif. Berpikir biasa cenderung hanya memproses informasi sebagaimana adanya tanpa mengintegrasikan atau menyusun kembali gagasan-gagasan tersebut.
HOTS mendorong kemampuan untuk berpikir kreatif dan melahirkan gagasan-gagasan baru. Ini melibatkan kemampuan untuk berpikir di luar batasan yang konvensional, menghasilkan solusi yang inovatif, dan menerapkan pemikiran orisinal dalam memecahkan masalah atau menciptakan karya baru. Berpikir biasa cenderung terjebak dalam pola pikir yang sudah ada dan tidak mendorong pemikiran yang kreatif.
Secara keseluruhan, unsur-unsur HOTS menekankan pada pemikiran yang lebih kompleks, analitis, kritis, objektif, sintesis, dan kreatif. Tentunya sangat sesuai dengan falsafah budaya Minangkabau dalam mencari ilmu “ Alam takambang jadi guru “.
Tulisan ini sudah Publish di Harian Haluan Edisi 24 Mei 2023
*Penulis adalah Praktisi Pemerintahan/Pamong Senior di Bukittinggi